Selasa, 21 Juli 2009

Jangan Banyak Berharap Pada Manusia (sewajarnya)

Ahad, 26 Rajab 1430 / 19 Juli 2009 adalah hari pernikahan Susanti, akhwat kelahiran 1980 yang sebelumnya menjadi renungan panjang kawan2 yang memperhatikan keaktifan dirinya selama ini dan tentunya ketika melihat akhwat disekelilingnya terutama yang seangkatan dia dalam memulai aktifitas pembinaan diri telah menikah dan memiliki anak usia setahun hingga empat tahun.
Alhamdulillah, pada jam 10.00 telah berlangsung akad nikah dengan hikmat di Masjid Nurul Khadijah antara Susanti dan Yono Triyana. Barakallahu laka wabaraka alaika! Harapan dari puluhan undangan yang tersebar kepada para pengurus dan penggemuk di Cimenyan yang berdasarkan turut mengundang atas namaku, harapan tinggal harapan, Alhamdulillah ada 50% yang hadir atas nama undangnku.
Hikmah kudapat, Jangan cepat memvonis orang, yang dikira tak datang karena track recordnya yang selalu meremehkan undangan penting eh! ternyata datang, wallahu'alam kemana dan kenapa mereka yang tidak datang memenuhi undangan. Berharap hanya pada Allah, berharap pada manusia..., capee deh!

Rabu, 15 Juli 2009

Duplikasi Amalan Ke Anak-Anak



Membina dan membina

Perlawanan Virus H1N1 dan Penguatan Makanan Lokal

Hanya dalam hitungan hari, kasus positif influenza A H1N1 atau flu babi terus bertambah. Kemarin, Depkes RI mengumumkan tambahan 36 kasus baru. Dengan demikian, total kasus positif flu babi mencapai 122 orang (Media Indonesia,15/7).
Dan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan pemerintah akan menghentikan kebijakan isolasi dan pemberian obat antiviral jenis oseltamivir Tamiflu pada pasien positif flu babi seandainya jumlah kasus lebih dari 1000. Sepertinya akan meniru kebijakan negara barat, yaitu membiarkan pasien positif flu babi tanpa perlu diberi obat. Nantinya pasien akan sembuh sendiri.
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana penyikapan atas perkembangan wabah yang telah mendunia dengan kembali pada kekuatan fitrah tubuh. Manakala korban sudah lebih banyak bahkan tak usah menunggu seribu, penderita dibiarkan mengandalkan tubuhnya mengendalikan serangan virus. Tubuh seperti apa yang mampu mengendalikan virus atau bakteri? Tentunya tubuh yang memperoleh penguatan dari asupan makanan yang bergizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Kasus yang menimpa saudara-saudara kita yang mengikuti Asian Choir Games di Korea Selatan memperkuat analisa saya bahwa korban yang terus bertambah sampai sebanyak 40 orang terkena flu babi dari rombongan Indonesia menunjukan mereka lebih rentan di bandingkan kita di Indonesia saat flu babi mewabah. Karena kita mengkonsumsi makanan lokal dari daerah tempat kita dilahirkan dan tumbuh sejak kecil hingga mengkonsumsi makanan bergizi sesuai kondisi alam atau iklim tempat tinggal kita berada.
Bagaimana mereka yang sudah biasa mengkonsumsi makanan lokal sesuai iklimnya kemudian harus menyesuikan diri dengan iklim dan jenis makanan yang berbeda di saat wabah penyakit yang mengganas sedang menyebar merata tak terbendung. Wallahu'alam

Selasa, 07 Juli 2009

Cimenyan Yang Eksotik





14 Rajab 1430, baru saja keyboar dipegang, ringtone hp sy mmanggil. Pak Budi Direktur eksekutif Rumah Amal Salman ITB menelepon, Jum'at pekan ini akan ada rombongan tamu dari Surabaya akan berkunjung ke rumah dan melihat Cimenyan yang eksotik. Memang banyak yang bilang setelah mendaki ke bukit Caringin Tilu, makan timbel nasi merah, sambel cikur plus lalapan, menambah eksotik memang. Bagaimana? Ya apa adanya, smoga sy mampu mengambil hikmah dari semua ini. Tamu adalah berkah yang harus kita sambut dengan sukacita. Smoga!!!

Nah di atas itu tamu-tamunya...beberapa hari kemudian datang menjelang Jum'atan dan mesti saya tinggalkan karena harus mengisi di khutbah di Masjid perumahan di desa Cikadut sebelah timur desa saya. Alhamdulillah Abah Eman dan Ma Imi yang sudah rutin tiap jum'at kita gunakan untuk pertemuan siap dengan suguhan ala Cimenyan nasi timbel dan rerencangna, siiip! Barakallah.

Sabtu, 04 Juli 2009

Merindukan Tuan Haji Ismail Indonesia

Ia telah banyak mencerahkan umat khususnya saudara2 ku di indonesia
Kapankah ada yang menandinginya?

Kamis, 02 Juli 2009

Biarkan... Mereka Berkembang

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Rajab hari ke-9, kamis (2/7/09) dibalik kaca ruang kerja, saya memandangi anak-anak belahan jiwa dan teman-temannya di pagi hari sekitar jam 7-an sedang mengais-ngais serakan daun di kebun sebelah rumah yang rimbun dengan tegakan pepohonan cengkeh yang tumbuh berjejer teratur di sekeliling kebun itu. Masa liburan yang menyenangkan bagi mereka.
"Abi nanti kalo sudah banyak dijual untuk beli PS3 ya...!? Celoteh anak bungsuku, Fakhri.
"Kalo cengkeh teteh dijual ke ummi aja untuk bikin kue kering" Tetehnya Fakhri menimpali.
"Kalo kaka mah untuk bahan obat sakit gigi atau pasta gigi ya bi...!??" Si sulung menambahi cerdas.
"ok...ok...sekarang dijemur cengkehnya, lihat tuh sinar mataharinya!" Kataku, mengajak mereka ke halaman dan membentangkan beberapa lembar koran.
Mereka bersemangat penuh suka cita mengerubungi saya setelah merasa sudah banyak mengumpulkan cengkeh yang berjatuhan.
Subhanallah, mereka tumbuh dengan alamnya...., biarlah !!!
Iya! Biarkan mereka mengeksploitasi alam lingkungannya dengan arahan kita yang mencerdaskan. Sebab ku tahu ada sebagian tetanggaku yang melarang anak-anaknya seperti itu. Biarkanlah...mereka berkembang...

Rabu, 01 Juli 2009

Madu Untuk Diabetes

Paradigma kebanyakan orang tentang madu adalah manisnya madu disamakan dengan manisnya gula sintesa yang harus dihindarkan oleh penderita diabetes baik penderita karena faktor genetik ataupun faktor nongenetik seperti gaya hidup keseharian termasuk pola makan (dibahas nanti pada tulisan Penanganan Diabet Genetik dan Diabet Nongenetik).
Perbedaan mendasar gula madu dan gula pemanis buatan adalah pada prosesnya. Akibat konsumsi gula bersintesa secara berlebihan atau berakumulasi akut sudah menyebar ke banyak orang di seluruh dunia dan menjadi bagian ancaman tingkat kematian yang tinggi di samping stroke dan sebagainya. Bahkan madupun tak lepas dari spekulan yang meng"oplos" nya dengan berbagai cara sehingga tak lagi murni atau asli.

Secara ilmiah madu asli dapat dianalisa dengan cukup sederhana, hanya menggunakan setetes madu yang di uji dan beberapa tetes air. Cobalah temuan ilmiah yang menakjubkan untuk diteliti lebih lanjut. Demikian pemahaman penulis tentang madu dan sedikit di bawah ini paparannya.

1. Madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Madu juga dinilai sebagai "makanan istimewa" untuk kebugaran tubuh. Bahkan, mampu menjaga lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5, 575 l susu, atau 1, 680 kg daging.

Sejak ribuan tahun lalu, madu sudah dikenal sebagai sumber pakan berkhasiat. Khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1, 9%. Serta unsur kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan lainnya.

Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia. Jadi, sebenarnya madu aman untuk penderita kencing manis, asal madunya murni dan bukan oplosa.

2. Semua jenis madu bagus selama ia asli dengan pasca panen yang baik dari koloni lebah yang tidak stres akibat sistem budi daya dan pemasarannya yang tendensional. Madu hitam, biasanya berasal dari nektar atau sari bunga pohon mahoni. Madu hitam juga bisa menurunkan kadar gula dan menambah nafsu makan bagi anak-anak yang sulit makan. Namun, madu hitam ini rasanya pahit dibanding dengan madu warna lainnya.

3. Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi melebihi batas-batas normal. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya kadar insulin dalam darah, atau karena tubuh tidak dapat memakai insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh dan mempunyai fungsi penting dalam metabolisme glukosa.

Dalam bentuk murni, berbagai jenis gula tersebut memiliki nama masing-masing, seperti fruktosa (gula buah), galaktosa, glukosa, laktosa (gula susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol, seperti sorbitol dan xilitol. Di samping itu, bila dilihat dari sumbernya, maka gula bisa dibedakan, yakni madu, sirup jagung dan molase. Molase merupakan sirup kental, lazimnya berwarna cokelat gelap yang dihasilkan selama penyaringan gula.

Semua gula pada dasarnya sama. Tak terdapat satu pun yang memberikan keuntungan gizi signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan molase yang mayoritas gulanya sudah dihilangkan/dike luarkan. Molase kaya akan zat besi, sedangkan madu sarat flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai antioksidan.

Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti dalam buah blewah, jeruk, kismis, mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus kesehatan yang berasal dari makan buah terletak pada kandungan vitamin, mineral, serat, dan flavonoidnya, bukan pada jenis gula yang dikandung oleh buah.

Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih manis daripada jenis-jenis gula lain (hampir dua kali kemanisan sukrosa) sehingga diperlukan sedikit saja untuk membuat makanan terasa manis.

Tubuh membutuhkan gula. Glukosa, yang merupakan gula utama dalam darah dan bahan bakar dasar bagi tubuh, esensial untuk berfungsinya seluruh sel, terutama sel-sel otak.

Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan pada makanan-makanan yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari pemecahan protein atau lemak.

Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam makanan tersebut telah berbentuk sangat sederhana.

Misalnya, selama pencernaan, sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus halus serta melintasi sel-sel tubuh dan hati. Dengan bantuan insulin, yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap glukosa dan menggunakannya sebagai energi.

Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa oleh hati. Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam amino-balok-balok pembangun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh.

Sel memerlukan insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk ke dalam sel dan dipakai sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin kurang, tentu saja gula tidak dapat diserap ke dalam sel dan tetap beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi. Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai penderita DM tipe I.

Ada keadaan lain di mana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau berkurang sedikit, tapi sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Penderita yang mengalami resistensi insulin dan atau defisiensi insulin relatif disebut sebagai penderita DM tipe II

Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula. Gula memang amat berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi gulanya. Tetapi, gula tidak menyebabkan diabetes.

Tak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang manis. Namun, menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.

Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu. Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak melebihi 15 persen dari total energi per hari. Kendati begitu, perlu diingat bahwa sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan energi yang tinggi, tetapi zat gizinya relatif rendah.

Karena itu, ada baiknya melakukan pola makanan seimbang, yakni rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula. Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi konsumsi gula.

Bergembiralah dengan membiasakan madu atau gula yang bersumber dari tumbuhan lainnya sebagai pemanis asli makanan kita, hatta kita penderita diabetes tingkatan stadium berapapun yang penting yakinlah "Rabbana maa khalaqta hadza bathila...semua yang Allah ciptakan bermanfaat", pahami ilmunya , ikhlas beramal dan tidak melampaui batas dan sungguh-sungguh dengan penuh pengorbanan. Sesuaikan dengan fitrah tubuh kita.

Diposting dan dikembangkan AhmadMaduBekam dari www.alamiah.multiply.com