Sabtu, 21 November 2009

Bisa Naik Ngga Bisa Turun

Kesukaaaku adalah minum kelapa segar yang baru dipetik dari pohonnya. Lebih nikmat lagi adalah aku sendiri yang menaikinya. Tidak semua pohon kelapa yang tinggi-tinggi itu dapat kunaiki. Pertamakali aku naik pohon kelapa adalah pada usia kelas satu es-emp-pe, saat itu "Baskara" grup pencinta alamku yang didirikan bersama dengan teman-teman seiman-senakal-sekandang ayam(pernah tidur sama-sama di kandang ayam - nanti ada cerita "Bisa masuk Ngga bisa keluar") mengadakan acara kemping di pelosok desa di Kecamatan Rumpin, Bogor. Berkemah di Rumpin adalah yang kedua, sebelumnya berkemah pertamakali di Curug Pelayangan, Serpong (nanti ada cerita kami menemukan fitrah Allah dalam pusaran air di tengah telaga Curug Pelayangan- pakaian dalamku yang tenggelam di pusaran air...mengisyaratkan aku yang tidak pandai berenang untuk tidak ke tengah telaga).


Sudah masuk hari kedua kita berkemah di Rumpin, hari pertama dan malam pertama di mana kita belum memahami dan menguasai sepenuhnya kondisi medan lapangan perkemahan yang berada di tanah lapang seluas 500 meter persegi di sisi persawahan dan lebatnya hutan di kaki gunung batu-batu besar bertumpuk. Malam hari pertama, saat purnama jelas menggantung di sudut pandang kita. Semua tidak ada yang bisa berhepi-hepi. Setiap hitungan beberapa detik semilir angin meniupkan suara-suara berderak gesekan batang-batang bambu yang tumbuh lebat di pinggiran hutan dekat kita berkemah. Diiringi suara binatang malam yang tak putus-putus berkomunikasi antar sesamanya menambah suasana horor dari dengar-dengar cerita nenek-buyut di rumah tentang seramnya suasana saat bulan purnama. Iiiih! Kupimpin kawan-kawan untuk membaca qur'an selepas Isya sambil menunggu kawan yang lain menyelesaikan tugas memasaknya. Dzikrullah! Hati kita semua merasa tenang..., standar perkemahan "aman" yang kita pahami sudah kita jalani, selanjutnya menghormati adat istiadat daerah setempat dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah semata.
Malam keduanya, sungguh kontras dengan malam pertama, aku tak kuat lama membaca qur'an apalagi dengan penerang lampu badai yang tak seterang lampu listrik di rumah, selepas Isya dan berdzikir sebentar ada yang langsung pegang gitar..., tertawa terbahak-bahak...hingga akhirnya semua tertidur nyenyak. Esok pagi selepas Shubuh langsung menuju ke sawah dan sungai anak Cisadane, lelah dahaga setelah bermain lumpur sawah kemudian mandi sungai, aku terpesona dengan dua batang pohon kelapa yang hampir sama besar dan ketinggiannya sekitar 15 meter berada di sisi sungai tempat kita mandi bertelanjang dada. Kutawari teman-teman dulu yang mau minum air kelapa untuk naik, semua menggelengkan kepala tak berani memaksakan diri. Akhirnya aku yang naik, dengan modal sudah biasa naik pohon kelapa di depan rumah (cuma tiga meter...kemudian ada sobekan di batang utamanya sehingga mudah ditapaki pelan-pelan hingga ke ujung pohon). Bismillah! Kupanjat pohon setinggi 15 meter dengan susah payah...rasa perih terlupakan dengan semangat teman-teman untuk terus naik karena terlihat jelas sudah butiran hijau kelapa sudah beberapa meter di atas kepalaku. Alhamdulillah! Kuraih dahan pertama yang kokoh dan kupanjati kemudian kuraih lagi dua-tiga dahan dan kududuki untuk istirahat mengatur nafas sejenak. Mulailah ku absen temanku satu persatu dan ku lempari kelapa hijau yang telah ku pilih berisi dan mudah kujangkau. Mereka di bawah sambil memegang kelapa haknya masing-masing dengan sabar menunggu aku memilih tiga kelapa lagi untukku dan turun dengan selamat. Alhamdulillah...! Goresan tajam batang kelapa di dadaku terasa perih dan bertambah perih saat teman-teman memandikan dan membersihkan aku dari serakan hitam tajam di kepala dan punggungku dengan air sungai. Puas...! Segarnya kelapa petikanku!!!


Kedua,saat tugas di Banyuwangi, Jawa Timur. Teman-teman di Perhutani RPH Gombeng,BKPH Katapang ingin melihatku naik pohon kelapa di pekarangan rumah Kyai Mahali.
Ketiga,saat tugas kuliah lapangan di Cibugel, Sumedang. Lagi-lagi aku memanjat pohon kelapa.
Keempat, Allah mempertemukanku dengan gadis shalehah asal Pandeglang, Banten, kebun mertuaku yang puluhan hektar berjajar ratusan pohon kelapa. Kucoba dan kupanjat dengan cara "ngos-ngosan" seperti pengalaman memanjat pohon kelapa yang pertama dan kedua di atas. Alhamdulillah berakhir dengan selamat dan meminum kelapa segar dengan dada dan kulit kedua tangan terasa perih luka tergesek.
Kesekian kalinya, saat usia pernikahan 11 tahun, Ramadhan dua tahun lalu, untuk bekal buka puasa selepas shalat Dzuhur di masjid, kupenuhi tawaran bapak ketua RW tempat ku tinggal di Bandung, lokasi rumahnya berseberangan dengan masjid dan di belakang rumahnya banyak tumbuh berbagai jenis pohon kelapa. Aku tertarik pada pohon kelapa berketinggian 20 meter, kelapanya hijau dan "ranum". Bismillah! Kusadari kondisi sedang berpuasa dan pohonnya tinggi. Alhamdulillah, sepuluh menit dapat kugapai dahan pertama dan dengan satu kali mengangkat tubuh langsung kuraih dahan yang lebih tinggi hingga seperti pengalaman sebelumnya dapat kududuki dengan nyaman untuk beristirahat sejenak sambil memilih kelapa mana yang akan kupetik dan kujatuhkan satu persatu.
Sudah belasan kelapa ku jatuhkan, tiba-tiba angin bertiup kencang menggoyangkan diriku. Kusadari saat selesai menjatuhkan kelapa terakhir, kaki dan tanganku gemetar tak biasa. Hari itu, Jam itu, Menit itu, Detik itu! Mengingatkan aku kepada YANG MAHA KUASA, 'ala kulli syaiinqadiir!!! Beberapa jam aku tertahan...merenungi kehadiran ALLAH, ALLAH ADA, ALLAH sangat dekat di urat leherku! ALLAH...ALLAH...ALLAH...aku BISA NAIK NGGA BISA TURUN!

Rabu, 11 November 2009

Pekan Pertama Dalam 8 Pekan Menggapai Hidup Sehat

Kenapa harus 8 Minggu? Karena waktu 8 minggu dianggap cukup untuk mengembalikan sistem-sistem biologis tubuh pada keadaan yang baru dan cukup untuk menambah kekuatan imunitas tubuh dan memunculkan respon.
Sebagaimana sistem ini dapat menambah respon sistem biologis ini dan pada gilirannya dapat menambah hormon prostaglin yang disebut dengan hormon pencegah radang (infeksi). Sebagaimana hal itu dapat mengatur waktu tidur dan meminimalisir kecemasan.
Pekan Pertama (Langkah-langkahnya)
1. Menghindari segala jenis lemak dan minyak, kecuali minyak zaitun.
2. Menghindari segala jenis lemak buatan pabrik.
3. Menghindari segala jenis makanan instan buatan pabrik.
4. Menghindari segala produk makanan berperwarna buatan.
5. Pastikan kita tidak mengkonsumsi makanan berlemak.

Pola Makan
1. Mulailah mngkonsumsi sayuran segar terutama sayuran yang kita sukai.
2. Memprioritaskan mengkonsumsi ikan terutama ikan yang hidup di lautan dalam seperti
salmon atau tenggiri minimal dua kali dalam satu minggu, karena ikan ini banyak
mengandung omega 3 dan asam lemak yang sangat berguna bagi tubuh dan otak, unsur
ini juga dapat menurunkan kadar lemak dalam darah dan sekaligus mencegah
peradangan dan kerusakan jaringan.

Makanan Suplemen
Mengkonsumsi herbal yang mengandung vitamin C berkisar antara 1000-2000 mg dalam setiap porsi makanan kita. Seperti Rosella, madu dan buah-buahan dalam setiap porsi makanan (sarapan, makan siang dan sore. Karena vitamin C dapat membantu jaringan menjadi kuat, kokoh dan membantu mempercepat kesembuhan luka.

Olah Raga
Usahakan berjalan kaki minimal 10 menit dengan kecepatan yang teratur setiap hari.

Mental Spiritual
1. Mulailah bersantai dan menghirup udara (menarik nafas) selama lima menit setiap
hari dengan cara :
a. Duduk di tempat yang nyaman, dengan punggung lurus dan mata terpejam,
menggunakan pakaian longgar dan santai.
b. Konsentrasikan pikiran pada pernafasan dengan tetap mengingat kepada atau
menyebut Sang Maha Pencipta, Maha Pengatur dan Maha Penyembuh. Tarik nafas
dalam-dalam lewat hidung dan keluarkan lewat hidung atau mulut sesuai kemampuan
dengan otot yang dikendurkan. Hal ini dapat merelaksasikan tubuh, otak(akal)
dan jiwa.
2. Sering mengunjungi kebun atau taman yang indah, hijau dan menyegarkan. Jika tidak
milikilah tanaman segar atau bunga yang menyenangkan aromanya.

Dikutif dan sedikit dikembangkan dari Buku Pola Makan Rasulullah, Prof. Dr.Abdul Basith Muhammad As-Sayyid.